Perkuat Imunitas Anda: Suplemen & Vitamin Penting untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh dan Menghadapi Perubahan Musim #pharmarrumpedia
Indonesia saat ini memasuki transisi perubahan musim dari musim hujan ke musim kemarau. Perubahan musim seperti ini berdampak langsung bagi Kesehatan dan ketahanan daya tahan tubuh manusianya. Tubuh mempunyai daya tahan terhadap bahaya dari luar dengan adanya sistem kekebalan (imunitas) yang berfungsi melawan serangan patogen, termasuk bakteri, virus, dan parasit. Sistem pertahanan tubuh mendeteksi dan merespon berbagai macam patogen, juga membantu memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh serangan dari faktor luar, seperti polutan lingkungan dan toksin bawaan dalam makanan.
Konsumsi obat dan suplemen meningkat drastis dalam transaksi online, mengingat suplemen pangan dijual bebas, dan dapat diperoleh tanpa konsultasi dengan Dokter atau Apoteker. Tingginya persentase masyarakat memberikan kekhawatiran terkait keamanan suplemen karena alasan untuk mengkonsumsinya tidak diketahui secara pasti, sehingga masyarakat diharapkan agar bijak dalam memilih dan menggunakan suplemen. Beberapa suplemen pangan memiliki fungsi meningkatkan stamina maupun sistem imunitas, namun penggunaan yang tidak tepat akan memberikan dampak negatif bagi pemakainya karena suplemen tidak seperti obat dan tidak ditujukan untuk menyembuhkan penyakit.
Tujuan artikel ini memberikan gambaran umum tentang mekanisme vitamin dan mineral yang mendasar bagi fungsi imun dan menguraikan efek asupan makanan yang tidak memadai terhadap risiko infeksi. Konsumsi vitamin dan mineral tertentu dalam jumlah cukup penting untuk fungsi imun yang baik, sedangkan kekurangan vitamin dan mineral secara klinis dapat menyebabkan gangguan sistem imun dan dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
Vitamin A
Vitamin A dalam mendukung sistem imun. Asupan vitamin A harian yang direkomendasikan adalah 900 μg untuk Wanita dan 700 μg untuk pria. Kekurangan vitamin A akan menyebabkan penyakit dan kematian. Sekitar 253 juta anak di dunia berisiko tinggi mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kekurangan vitamin A. Suplementasi vitamin A menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit diare dan campak pada penderita hipovitaminosis A. Sumber makanan kaya vitamin A meliputi produk susu, ikan (salmon, tuna, teri), hati, telur, dan sereal yang difortifikasi; sumber provitamin paling tinggi adalah brokoli, wortel, labu, dan melon. Karena tubuh tidak memproduksi vitamin A sendiri, vitamin A harus berasal dari makanan atau suplemen.
Vitamin D
Vitamin D (kalsiferol) adalah kelompok vitamin yang larut dalam lemak yang merupakan pra hormon. Di samping berperan dalam pembentukan struktur tulang, vitamin D juga memelihara gigi yang baik. Vitamin D dapat meningkatkan sistem imun, mengatasi depresi, dan mencegah kanker. Dosis vitamin D sebaiknya 400 IU untuk anak-anak di bawah usia 1 tahun, 600 IU untuk yang berusia 1 hingga 70 tahun, dan 800 IU untuk yang berusia di atas 70 tahun. Disarankan untuk memulai dengan 1.000 hingga 2.000 IU per hari, yang dikonsumsi bersama makanan. Vitamin D ditemukan secara langsung dalam banyak makanan seperti ikan berlemak, hati ikan kod, dan makanan yang difortifikasi. Sebanyak 90% vitamin D yang dibutuhkan diperoleh dari paparan sinar matahari pada kulit kita.
Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat, adalah salah satu vitamin penting yang memiliki peran besar dalam mendukung kekebalan tubuh. Vitamin ini dikenal sebagai antioksidan kuat yang dapat menangkal radikal bebas. Manusia memperoleh vitamin C melalui asupan buah dan sayuran dari makanan. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan penyakit kudis, yang disertai dengan pendarahan, hiperkeratosis, dan kelainan hematologi. Kebutuhan harian vitamin C pada orang dewasa adalah sekitar 75–90 mg, yang dapat diperoleh dari sumber alami seperti buah-buahan jeruk, tomat, stroberi, jambu biji, serta sayuran seperti brokoli, paprika, dan bayam. Meski kelebihan vitamin C umumnya akan dikeluarkan melalui urin, konsumsi suplemen vitamin C secara berlebihan dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko batu ginjal.
Vitamin E
Vitamin E adalah nama untuk sekelompok senyawa yang larut dalam lemak dengan aktivitas antioksidan yang kuat yang memiliki berbagai tingkat aktivitas biologis. A-tokoferol adalah satu-satunya bentuk yang diketahui dapat memenuhi kebutuhan manusia. Beberapa penelitian menyatakan bahwa vitamin E adalah satu dari mikronutrien yang paling efektif bagi fungsi sistem imun. Dosis yang direkomendasikan untuk vitamin E adalah 7–15 mg per hari. Bahan makanan yang mengandung vitamin E adalah: minyak biji gandum, biji-bijian seperti biji bunga matahari, kacang-kacangan (kacang almond dan kacang tanah), bayam, brokoli, buah kiwi dan mangga, tomat. Defisiensi vitamin E jarang terjadi dan gejala defisiensi yang nyata tidak ditemukan pada orang sehat yang hanya memperoleh sedikit vitamin E dari makanan.
Vitamin B
Vitamin B termasuk kelompok delapan vitamin; yaitu tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2) dan niasin (vitamin B3). Vitamin B6 (piridoksin) adalah golongan vitamin B yang paling berperan dalam fungsi sistem imun. Pada status gizi optimal dalam konteks imunitas, vitamin B6 adalah senyawa yang berperan dalam fungsi seluruh sistem imun. Sebagai penunjang imunitas yang setara adalah vitamin A, B12, C, D, E; dan asam folat (vitamin B9). Dosis vitamin B6 yang direkomendasikan adalah 1,2 – 1,7 mg per hari. Makanan yang kaya vitamin B6 antara lain kacang arab, daging dan hati sapi, ikan laut seperti salmon dan tuna, dada ayam, sereal sarapan yang disuplementasi, kentang, pisang, sorgum, keju, dan labu. Sumber nabati lainnya meliputi kacang tanah, kedelai, sayuran berdaun hijau, dan gandum. Vitamin B12 (kobalamin) adalah vitamin yang larut dalam air dan terlibat dalam metabolisme sebagai kofaktor, termasuk metabolisme asam lemak dan asam amino. Vitamin B12 bertindak sebagai imunomodulator untuk kekebalan. Dosis vitamin B12 yang direkomendasikan untuk orang dewasa adalah 2,4 μg per hari. Bagi manusia, vitamin B12 adalah satu-satunya vitamin yang hanya bersumber dari hewan. Makanan yang mengandung vitamin B12 meliputi: daging, kerang, hati, ikan, unggas, telur, dan produk susu. Banyak sereal sarapan yang diperkaya dengan vitamin B12. Folat terutama penting pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel. Folat (Vitamin B9) adalah vitamin yang larut dalam air. Dosis yang direkomendasikan untuk asam folat adalah 200-400 μg per hari, sedangkan untuk ibu hamil dianjurkan menambah asam folat dari 400 hingga 1000 g per hari. Dampak negatif dari defisiensi folat pada fungsi imunologi dapat diperantarai oleh kelainan pada sintesis DNA dan RNA atau metabolisme metil, yang keduanya sangat dipengaruhi oleh ketersediaan folat.
Peran Mineral untuk Fungsi Sistem Imun yang Optimal
Mineral memenuhi berbagai peran dalam mendukung fungsi optimal sistem imun. Pasokan mineral penting untuk fungsi optimal sistem imun bawaan serta komponen pertahanan dalam imun adaptif, yang melibatkan mekanisme pertahanan terhadap patogen di samping keseimbangan jangka panjang dari pengaturan pro- dan antiinflamasi. Secara umum, diet seimbang cukup untuk menyediakan keseimbangan mineral yang dibutuhkan untuk membantu mendukung sistem imun.
Kesimpulan
Setiap tahap respons imun bergantung pada keberadaan vitamin dan mineral, yang memiliki peran sinergis berdasarkan mekanisme kerja yang saling melengkapi. Mikronutrien merupakan bagian integral dari sistem imun dan tubuh membutuhkan kadar optimal untuk fungsi imun yang efektif. Kekurangan mikronutrien dapat berdampak buruk pada sistem imun dan meningkatkan risiko infeksi. Suplemen makanan untuk meningkatkan asupan mikronutrien, khususnya yang berfungsi sebagai imunomodulator dapat membantu mengoptimalkan atau memaksimalkan fungsi imun, sehingga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan terhadap infeksi. Perlu diperhatikan agar penggunaan suplemen berada dalam batas keamanan yang direkomendasikan. Kajian terkait kemanjuran suplemen yang mengandung mikronutrien imunomodulator pada dosis yang lebih tinggi dari kebutuhan harian yang direkomendasikan perlu dilakukan, mengingat harganya relatif murah dan mudah didapat sehingga berpotensi mengurangi beban infeksi global.
Penulis : apt. Jaka Lepangkari, M. Farm